Sumber : https://bityl.co/5qQK |
Musi Rawas, 4 Maret 2021
Sumber : https://bityl.co/5qQK |
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencintai dan menyayangi diri sendiri, salah satunya adalah dengan terus menerus tanpa henti mengasah literasi. Literasi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengolah dan memahami informasi khususnya yang berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis.
Oleh karena itu hakikat literasi adalah memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks sesuai dengan konteksnya masing-masing. Sehingga literasi pada saat ini memiliki beragam sebutan tidak saja terbatas kepada literasi membaca dan menulis. Tetapi lebih dari itu, seperti literasi digital, literasi numerik, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, literasi perpustakaan, literasi teknologi, literasi visual.
Sementara itu, World Economic Forum sejak tahun 2015 telah menyepakati enam literasi dasar yang sangat penting untuk dipahami tidak hanya oleh pelajar, tetapi juga bagi seluruh masyarakat dunia. Enam literasi dasar itu adalah: literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya kewargaan. Mari budayakan literasi, cintai dirimu dan asah literasimu!
#THEPOWEROFKEPEPET
#PIKIR 15 MENIT
#TULIS 15 MENIT
#FEB28AISEIWRITINGCHALLENGE
#TEMA : KASIH SAYANG
EDISI : 28 FEBRUARI 2021
Judul ini barangkali menggugah imajinasi sahabat semua. Terbayang sebuah warung di antara rumah-rumah mewah kota. Sebuah warung kecil dan sempit yang posisinya terjepit diantara gedung-gedung pencakar langit. Bisa jadi faktanya demikian, banyak warung-warung dengan ukuran kecil yang berada di pinggiran kota-kota besar, tersisih dan terpinggirkan karena alih fungsi lahan dan pembangunan infrastruktur.
Karenanya, cukup mudah bagi kita untuk menemukan warung-warung kecil di antara lorong-lorong pemukiman sempit padat penduduk yang saling berhimpit. Sementara itu, di luar sana gedung-gedung pencakar langit gagah menjulang tidak mengenal istilah bukit. Warung-warung sempit itu tetap berburu rezeki meski di tengah pandemi Covid-19 meski terjepit. Ya, terjepit secara ekonomi maupun terjepit karena lokasinya yang sempit. Yang patut kita teladani adalah bagaimana keyakinan dan ikhtiar yang dilakukan oleh para pemilik warung untuk terus menghidupi keluarganya melalui usaha warungnya yang kecil dan sempit. Hanya kekuatan kasih sayang yang mendorongnya untuk terus bertahan hingga Covid hilang ditelan zaman.
#THEPOWEROFKEPEPET
#PIKIR 15 MENIT
#TULIS 15 MENIT
#FEB26AISEIWRITINGCHALLENGE
#TEMA : KASIH SAYANG
EDISI : 26 FEBRUARI 2021
Oleh : Imam Syafii-AISEI 579
Suasana mendung pagi ini sepertinya tidak menyurutkan kawanan Pipit dan Kenari untuk tetap bernyanyi dan menari. Sesekali pula terdengar suara Kutilang dan Prenjak bersahutan di antara dahan pepohonan meski suasana terlihat sedikit gelap. Tak ingin mengalah, Murai pun ikut berkicau meramaikan suasana meski langit masih diselimuti awan mendung yang menggantung pertanda hujan barangkali akan segera turun.
Cuaca mendung menggulung ternyata tidak menghalangi satupun diantara mereka untuk tetap menunjukkan kicauan merdunya saat menyambut datangnya pagi hari. Sebuah pertanda bahwa hari akan tetap terus berlari meski mendung sedikit menghalangi. Itulah cerminan tekad bulat dari para penyanyi khas suasana setiap pagi. Demikian juga halnya dengan diri ini, berusaha untuk terus membulatkan tekad menjadi suluh literasi untuk para generasi hebat agar cahaya pagi tetap terang menerangi ke seluruh penjuru negeri. Walau disadari banyak halangan dan godaan menanti dan menyurutkan semangat. Namun tekad bulat mencerdaskan anak negeri tetap berkobar dalam wujud kasih sayang melahirkan generasi peduli.
#THEPOWEROFKEPEPET
#PIKIR 15 MENIT
#TULIS 15 MENIT
#FEB22AISEIWRITINGCHALLENGE
#TEMA : KASIH SAYANG
EDISI : 22 FEBRUARI 2021
Beberapa kali mengikuti kegiatan workshop dan pelatihan guru, kalimat “semangat pagi” acap kali diteriakkan oleh para narasumber sebagai pemateri. Teriakan “semangat pagi” menggema sepanjang acara dilaksanakan secara tatap muka langsung. Tujuannya tidak lain adalah untuk memecah suasana kelas yang mulai pasif dan memberikan energi semangat saat pagi hari kepada seluruh peserta, meskipun waktu tidak pagi lagi.
Teriakan “semangat pagi” diibaratkan power bank yang digunakan untuk mensuplai energi gawai di masa-masa darurat. Di saat para peserta mulai lelah dan tidak fokus menerima materi, spontan para narasumber meneriakkan kalimat, semangat pagi! Yang juga dijawab oleh peserta dengan kata “semangat pagi”. Sontak, teriakan ini membangunkan dan membuyarkan kelelahan dan ketidak fokusan peserta. Semua mata kembali terbuka terbelalak lebar. Energi baru seketika muncul berkat teriakan kalimat “semangat pagi” . Sebuah kasih sayang tak terbilang dari para pejuang kompetensi untuk mutu generasi agar materi tidak terlewati. Pagi ini pun saya ingin mengucapkan semangat pagi!
EDISI : 20 FEBRUARI 2021
Oleh : Imam Syafii – AISEI 579
Menunggu itu bukti tulus sebuah kasih sayang. Bagaimana bisa? Mari kita perhatikan contoh kecil peristiwa di sekeliling kita. Mereka yang dengan tulus menunggu salah satu keluarga tersayang yang sedang jatuh sakit di Klinik, Puskesmas, bahkan hingga Rumah Sakit. Tidak perlu diragukan lagi kasih sayang yang mereka tunjukkan, silih berganti menunggu dan merawat serta melayani setulus hati. Kadang tidak lagi terbilang hari yang telah dilewati. Pagi, siang dan malam terus berganti. Hanya satu yang pasti menanti senyuman pagi hadir kembali.
EDISI : 18 Februari 2021
Karsa, Karya, dan Rasa
Oleh : Imam Syafii
Memperhatikan foto yang dikirimkan oleh sang
Master, MazMo sebagai bagian dari tantangan program mingguan Komunitas
Lagerunal #KamisMenulis edisi 25 Februari 2021, dalam benak saya tercetus tiga
kata. Karsa, Karya, dan Rasa. Tiga kata itu menurut saya mewakili beribu kata yang tersirat dari sebuah foto yang disajikan oleh Sang Bianglala Kata.
Usai bermain dengan tema tantangan profil teman, suaka marga kata (lose), tema bebas, keroyok blog, bermain tiga kata (terima, sadari, perbaiki), suaka marga kata (bahadur), kali ini menghadirkan tantangan membaca foto (gambar).
Sebuah foto (gambar) memang menyimpan banyak misteri yang dapat diungkapkan baik di alam nyata maupun di dunia maya. Di alam nyata, misteri ini dapat diungkapkan melalui bincang-bincang langsung bersama teman atau dengan berdiskusi ringan yang tidak menguras energi saat melihatnya. Sedangkan di dunia maya dapat diungkapkan melalui berbagai karya tulis yang mengisi ruang-ruang media digital online.
Baca Juga : Bahadur Kian Masyhur
Sebenarnya kedua-duanya nyata adanya di dunia ini sepanjang bumi ini masih berputar dan matahari masih bersinar dan terbit dari Timur dan tenggelam di Barat. Hanya saja sebutan nyata dan maya tidak lebih disebabkan oleh adanya dinding pemisah berupa ruang-ruang virtual berbasis digital.
Ruang-ruang itu membatasi interaksi seseorang dengan lainnya untuk saling pandang, sapa, dan bertatap muka secara langsung. Aktivitas ini hanya dapat dilakukan melalui aplikasi digital dan dilakukan secara online. Faktanya, bahwa kita semua masih diberikan anugerah kehidupan untuk mensyukuri semua pemberian dan menjalankan tugas penghambaan merupakan bukti bahwa kita semua masih ada di dunia nyata dan maya.
Ketika seseorang melihat sebuah foto (gambar), maka imajinasinya akan langsung mengembara mencari pesan tafsiran makna dan kata yang dirasa tepat sembari menyelami dan berusaha menarasikan ide atau gagasan yang coba dibangun oleh sang pembuat foto (gambar) itu sendiri. Dengan memandang berulang kali, mencermati, menyelami, dan menelusuri alam pikir sang pembuatnya, maka foto (gambar) itu seolah-olah hidup dan berbicara kepada siapa saja yang melihatnya.
Oleh sebab itu, sebuah foto (gambar) dikatakan dapat berbicara dengan beragam kata dan makna. Mengapa? Oleh karena kata dan makna itu merupakan hasil dari interpretasi dari pemikiran seseorang yang berupaya menarasikannya dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan.
Bagaimana seseorang menginterpretasikan atau menafsirkan sebuah foto (gambar)? Maka jawabannya adalah hal ini sangat bergantung dari sudut mana ia akan menjelaskannya. Jawabannya tentu sangat beragam dan berbeda-beda bergantung dengan cara pandang dan pengetahuan seseorang. Tidak perlu sama, dan sah-sah saja setiap orang akan berusaha menarasikan apa yang dilihatnya sesuai cara pandang masing-masing.
Pada kesempatan kali ini, apa yang terlintas di benak saya setelah melihat foto tersebut adalah kata karsa. Karsa dimaknai sebagai daya (kekuatan) jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk berkehendak; singkatnya adalah kehendak atau niat.
Perhatikan saja, bagaimana sang peracik masakan (koki) dengan kekuatan jiwanya dan niat yang kuat mengumpulkan dua butir telur yang telah dipecah dan diletakkan dalam wadah mangkuk berwarna putih. Lalu memotong-motong pendek kacang panjang kira-kira 1-2 cm, dan mengiris buah terong dengan ukuran sedikit tipis, serta menyiapkan jagung manis yang juga dipotong menjadi beberapa bagian tipis.
Mengumpulkan ragam bahan masakan dengan corak warna yang berbeda adalah sebuah karsa untuk menyatukan perbedaan dalam satu sajian masakan yang menggugah selera. Telur dengan warna kuningnya yang cantik, kacang panjang dengan warna hijaunya yang menyegarkan pandangan mata. Bagian dalam terong ungu yang bersih putih, dan irisan jagung dengan warna emasnya akan memikat siapapun yang memandangnya. Kehendak jiwa yang hebat untuk sajian makanan dengan ragam warna yang berbeda.
Tanpa karsa dari sang peracik dan pengolah rasa, bahan ragam warna takkan memberi sesuatu yang berharga. Inilah karsa untuk membuat sajian dan hidangan sayuran dari bahan yang sehat dan bergizi tinggi bagi penikmat makanan produk alam lestari.
Selain itu, sepertinya pengolah rasa ini tidak saja mahir dalam memainkan kemampuannya dalam memilih menu masakan, tetapi juga mahir dalam memainkan imajinasi karsanya. Karsa itu pun kemudian menjelma menjadi sebuah karya. Karya yang dimaknai sebagai pekerjaan; hasil pekerjaan; buatan; ciptaan.
Lihatlah bagaimana dengan piawainya ia menyusun setiap bahan yang telah disiapkan menjadi sebuah karya seni yang sangat cantik, menarik dan fotogenik. Tanpa imajinasi yang menyatu dengan hati tentu karya seni foto ini tidak akan dapat terwujud. Sebuah foto dan karya seni yang terwujud dari sebuah karsa penuh imajinatif sebagai bukti keahlian yang mumpuni dari seorang pengolah masakan sejati.
Wadah bulat berwarna putih seolah-olah menjadi bagian kepala dengan dua buah butir telur berwarna kuning sebagai mata. Potongan kacang panjang yang tersusun rapi berperan sebagai lehernya dan badannya. Tumpukan irisan terong berwarna putih menjadi bagian kedua tangannya yang membuka, dan potongan jagung yang disusun menggambarkan sosok yang sedang duduk bersila tampak tersenyum gembira menanti hidangan yang akan disajikan. Seolah-olah ia berkata,” Makanlah dengan gembira,” ucapnya.
Terkait dengan rasa, maka tidak perlu diragukan lagi. Muara akhir dari karsa yang digagas dan karya seni yang telah dikreasi oleh para pengolah rasa sejati adalah menyatukannya dalam sebuah karya nyata masakan yang dapat dirasa. Rasa dimaknai dengan tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, seperti manis, pahit, masam terhadap indera pengecap, atau panas dingin, nyeri terhadap indera perasa.
Di tangan ibu-ibu dan para gadis pecinta masakan yang aktif mengolah makanan di dapur, tentu bahan-bahan tersebut akan menjadi menu makanan yang sangat ditunggu. Paket lengkap untuk membuat sayur asem atau sayur lodeh. Cita rasa istimewa bersama telur mata sapi, sambal terasi dan nasi hangat serta sedikit ikan asin atau sambal teri akan semakin menjadikan suasana kehangatan yang penuh dengan kasih sayang dan cinta kasih semakin terpatri.
Meski makanan sederhana akan tetapi sangat sehat untuk semua dan utamanya menjalin kebersamaan dalam kehangatan keluarga tentu lebih berharga. Diiringi canda tawa gembira menikmati sajian sayur asem atau sayur lodeh seperti yang tergambar dalam foto tertawa bahagia.
Puisi Darik (Dasa Larik)
Terima, Sadari, Perbaiki
Oleh : Imam Syafii
Terima
Apa adanya
Usah bertanya
Apalagi bersikap jumawa
Kita bukanlah siapa
Dihadapan Sang Kuasa
Hanya satu jalan titian
Lapang dada atas kejadian
Ucap syukur segala pemberian
Wujud taat seorang insan
Tidak lebih tidak kurang
Itu sudah menjadi ketetapan
Fokus tujuan yang membentang
Kekayaan sejati para pejuang
Nasib sudah suratan
Hidup bukanlah angan
Ridho akan pemberian
Dengan keyakinan
Anugerah diberikan
Sadari
Diri
Tanpa mengeluh
Meski berpeluh
Berkaca pada peristiwa
Bicara mengungkap rasa
Suka tidak suka
Menepis ego tidak humoris
Sambil menatap cermin bisu
Tergambar kekurangan juga kelebihan
Sebuah ukiran kata logis
Terus berlari tiada henti
Mengejar mimpi menjadi mumpuni
Cita bagi setiap insani
Yang rindu kasih sejati
Tanpa kata jengah
Juga merasa payah
Terus saja melangkah
Walau salah
Jangan lelah
Perbaiki
Musi Rawas, 20 Februari 2021