Oleh : Imam Syafii - AISEI 579
Lihatlah! Tubuh renta yang tak lagi kuasa menahan beban dunia. Kulit hitam semakin menggulung meninggalkan guratan berliku yang tak bersambung. Sorot matanya pun tak lagi tajam, setajam mata elang gagah saat menerkam mangsa lengah. Wajahnya sendu laksana bulan yang sedang merindu. Nyanyian “Pungguk Merindukan Bulan” tak lagi pun terdengar merdu bersama kidung pengikat kalbu. Bibir merah hitam tampak terengah, kembali mencoba meneriakkan gelora muda yang mengguncangkan semesta.
Kala itu, kaki tegak kuat berpijak di atas bara api milik Sang Wisanggeni. Kedua tangannya perkasa laksana kawat besi baja milik Sang Gatot Kaca. Dunia pun takluk di genggamannya. Berpacu mengejar waktu. Matanya bersinar memancar cahaya dunia yang tak pernah pudar. Wajah sumringah berbalut asa yang tak merasa jengah. Tak mengenal kata lelah, tak ada menyerah apalagi putus asa yang mencabik rasa. Mengemban takdir Sang Maha Qodir jalan pengabdiannya bagi yang dicinta. Kini, menyisakan senyuman cahaya kasih sayang tak pernah usang hingga akhir kehidupan.
Luar biasa pemilihan setiap katanya, membuat saya terhanyut
BalasHapusBisa aja master indra..lg belajar ini master..gak tau apa ini bentuknya.hi2
HapusMantuul selalu menjawab tantangan.. semangat..
BalasHapusTerima kasih ambu.. mhn bimbingannya selalu.
Hapus